KECERDASAN ATAU ETIKA
Oleh: Kakanda Fatur Rachmad
“Sesungguhnya Allah
Subhanahu wata’ala telah mewahyukan islam sebagai ajaran yang haq lagi sempurna
untuk mengatur umat manusia berkehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai
khalifah dimuka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata – mata
kehadiratnya.”
Kalimat
dia atas merupakan paragraf pertama dari muqaddimah Anggaran Dasar Himpunan
mahasiswa Islam. Di dalam kalimat tersebut dengan jelas di katakan bahwa islam
diturunkan bukan hanya sekedar agama yang dijadikan bahan pemujaan semata
kepada tuhan. Islam di turunkan sebagai pedoman bagi umat manusia dalam
menjalankan kehidupan dengan sesama manusia, dengan alam, serta dengan tuhannya
sendiri. Manusia yang katanya sebagai khalifah di muka bumi seharusnya menciptakan
sebuah kenyamanan kedamaian serta ketentraman di atas bumi ini, namun pada
faktanya islam ada pada saat ini kenapa tidak sedikitpun mencipkatan hal – hal itu
? islamkah yang salah atau memang kita yang belum islam ? tapi, kan KTP kita
Islam ?
Pertanyaan
seperti hal itu semakin sering terdengar akhir – akhir ini, kenapa semakin
banyak orang di KTP islam tapi kedamaian semakin hilang di muka bumi ini ?
hal tersebut menjadi pertanyaan yang sangat pantas di tanyakan pada umat islam
sendiri. Seharusnya semakin banyak umat islam maka harus semakin banyak pula
tercipta kedamain.
Melihat
realitas seperti itu, disini penulis ingin
membahas sedikit mengenai salah satu faktor penyebab kenapa islam seolah – olah
tidak hadir sebagai penentram dimuka bumi ini. Faktor yang akan di bahas adalah
bagaimana ETIKA yang dimiliki manusia ? Himpunan Mahasiswa Islam sebagai
organisasi yang menyatakan dirinya sebagai penganut asas ISLAM haruslah menjadi
pelopor adanya etika yang seharusnya dicerminkan oleh umat islam, namun yang
muncul pertanyaan adalah apakah ETIKA yang dimiliki oleh kader HMI sekarang
sudah menunjukkan keislamannya ? penulis rasa perlu dipertanyakan kembali akan
hal itu pada diri tiap kader HMI.
Kader
HMI yang dibina untuk mencapai 5 kualitas insan cita yaitu insan akademis,
insan pencipta, insan pengabdi, insan yang bernafaskan islam dan kelima
kualitas insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
diridhoi Allah SWT. Bagi kader HMI kualitas Insan Akademis sudah tidak
dipertanyakan kembali sepertinya, melihat segudang prestasi – prestasi yang
telah dicapai oleh kader HMI. Namun realitas terjadi sekarang adalah kader HMI
haya terpaku pada tujuan pertama tersebut hingga lupa 4 kualitas insan cita
yang lain di abaikan bahkan mungkin terlupakan.
Semakin
tinggi katanya kualitas akademis kader HMI ternyata tidak diikuti oleh semakin
tingginya kualitas ETIKA yang mereka miliki. Bahkan kualitas akademis katanya
yang dimiliki hanya dijadikan ajang saling jatuh menjatuhkan sesama kader.
Tidak hanya itu, kualitas yang dimiliki juga dijadikan sebagai ajang
menyombongkan diri terhadap senior yang sejatinya adalah kakaknya sendiri.
Sikap santun sebagai perwujudan dari etika yang baik semakin menghilang dengan
adanya kader – kader yang merasa tingkat akademis lebih tinggi katanya. Senior
atau Kakanda biasanya kader menyebut sudah tidak terdapat batasan dalam
berprilaku sehari – hari. Mulai dari perkataan hingga perbuatan yang dilakukan
kader HMI saat ini sudah tidak mencerminkan sebagai kader organisasi yang
berasaskan islam katanya.
Contoh
selanjutnya adalah ketidak pedulian kader terhadap berjalannya roda organisasi
HMI, ketika ada beberapa agenda yang telah di siapkan oleh senior – senior
mereka yang di tunjuk dalam kepengurusan tidak pernah ada upaya dari kader –
kader bahkan pengurusnya sekalipun untuk setidaknya membantu mensukseskan
agenda yang telah sekuat tenaga fikiran dan kepentingan lain yang ditinggalkan
oleh mereka yang peduli pada HMI. Bahkan dihubungi oleh kakandanya secara
pribadipun pura – pura tidak membaca karena takut di ajak untuk berproses. Hanya
karena faktor kader yang sudah merasa tingkat akademisnya lebih tinggi katanya
dari yang lain. Mungkin memang ada kesalahan dari mereka yang merasa senior
yang tidak pernah memberikan pemahaman mengenai bagaimana cara beretika
sehingga kebiasaan yang tidak baik seperti hal itu semakin turun – temurun terjadi.
ETIKA
merupakan modal paling utama bagi manusia berkehidupan di dalam masyarakat.
Orang cerdas namun tidak beretika hanya akan menjadi perusak dalam sebuah
tatanan sosial. Karena kecerdasan yang dimiliki hanya dibuat untuk mengejar
ketenaran meski harus menjatuhkan saudara sendiri. Penanaman serta kesadaran
individu setiap kader terhadap bagaimana cara beretika yang baik haruslah
segera dilakukan, mengingat keberlangsungan oraganisasi HMI tanpa dibarengi
dengan adanya etika disana hanya akan membuat secara perlahan organisasi HMI
akan hancur tak tersisa. Sebagai kader HMI harus sling merasa mempunyai
tanggung jawab dalam menjaga dan mengembangkan ETIKA yang kita miliki baik
pribadi maupun secara organisasi sehingga tujuan didirikannya HMI oleh Kakanda
Lafran Pane dapat kita capai bersama – sama dan maksimal. Jangan pernah
menyalahkan HMI ketika kita tidak beretika dan berkembang, akan tetapi
tanyakanlah pada diri kita sendiri, selama ini kita Ber-Islam atau hanya Ikut
saja Islam ?, selama ini kita Ber-HMI atau hanya Ikut saja HMI ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar