Cari Blog Ini

ARSIP

Minggu, 09 Februari 2020

OPINI : Kecerdasan atau Etika


KECERDASAN ATAU ETIKA
Oleh: Kakanda Fatur Rachmad

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala telah mewahyukan islam sebagai ajaran yang haq lagi sempurna untuk mengatur umat manusia berkehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai khalifah dimuka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata – mata kehadiratnya.” 

Kalimat dia atas merupakan paragraf pertama dari muqaddimah Anggaran Dasar Himpunan mahasiswa Islam. Di dalam kalimat tersebut dengan jelas di katakan bahwa islam diturunkan bukan hanya sekedar agama yang dijadikan bahan pemujaan semata kepada tuhan. Islam di turunkan sebagai pedoman bagi umat manusia dalam menjalankan kehidupan dengan sesama manusia, dengan alam, serta dengan tuhannya sendiri. Manusia yang katanya sebagai khalifah di muka bumi seharusnya menciptakan sebuah kenyamanan kedamaian serta ketentraman di atas bumi ini, namun pada faktanya islam ada pada saat ini kenapa tidak sedikitpun mencipkatan hal – hal itu ? islamkah yang salah atau memang kita yang belum islam ? tapi, kan KTP kita Islam ?

Pertanyaan seperti hal itu semakin sering terdengar akhir – akhir ini, kenapa semakin banyak orang di KTP islam tapi kedamaian semakin hilang di muka bumi ini ? hal tersebut menjadi pertanyaan yang sangat pantas di tanyakan pada umat islam sendiri. Seharusnya semakin banyak umat islam maka harus semakin banyak pula tercipta kedamain.

Melihat realitas seperti itu, disini penulis  ingin membahas sedikit mengenai salah satu faktor penyebab kenapa islam seolah – olah tidak hadir sebagai penentram dimuka bumi ini. Faktor yang akan di bahas adalah bagaimana ETIKA yang dimiliki manusia ? Himpunan Mahasiswa Islam sebagai organisasi yang menyatakan dirinya sebagai penganut asas ISLAM haruslah menjadi pelopor adanya etika yang seharusnya dicerminkan oleh umat islam, namun yang muncul pertanyaan adalah apakah ETIKA yang dimiliki oleh kader HMI sekarang sudah menunjukkan keislamannya ? penulis rasa perlu dipertanyakan kembali akan hal itu pada diri tiap kader HMI.

Kader HMI yang dibina untuk mencapai 5 kualitas insan cita yaitu insan akademis, insan pencipta, insan pengabdi, insan yang bernafaskan islam dan kelima kualitas insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Bagi kader HMI kualitas Insan Akademis sudah tidak dipertanyakan kembali sepertinya, melihat segudang prestasi – prestasi yang telah dicapai oleh kader HMI. Namun realitas terjadi sekarang adalah kader HMI haya terpaku pada tujuan pertama tersebut hingga lupa 4 kualitas insan cita yang lain di abaikan bahkan mungkin terlupakan.

Semakin tinggi katanya kualitas akademis kader HMI ternyata tidak diikuti oleh semakin tingginya kualitas ETIKA yang mereka miliki. Bahkan kualitas akademis katanya yang dimiliki hanya dijadikan ajang saling jatuh menjatuhkan sesama kader. Tidak hanya itu, kualitas yang dimiliki juga dijadikan sebagai ajang menyombongkan diri terhadap senior yang sejatinya adalah kakaknya sendiri. Sikap santun sebagai perwujudan dari etika yang baik semakin menghilang dengan adanya kader – kader yang merasa tingkat akademis lebih tinggi katanya. Senior atau Kakanda biasanya kader menyebut sudah tidak terdapat batasan dalam berprilaku sehari – hari. Mulai dari perkataan hingga perbuatan yang dilakukan kader HMI saat ini sudah tidak mencerminkan sebagai kader organisasi yang berasaskan islam katanya.

Contoh selanjutnya adalah ketidak pedulian kader terhadap berjalannya roda organisasi HMI, ketika ada beberapa agenda yang telah di siapkan oleh senior – senior mereka yang di tunjuk dalam kepengurusan tidak pernah ada upaya dari kader – kader bahkan pengurusnya sekalipun untuk setidaknya membantu mensukseskan agenda yang telah sekuat tenaga fikiran dan kepentingan lain yang ditinggalkan oleh mereka yang peduli pada HMI. Bahkan dihubungi oleh kakandanya secara pribadipun pura – pura tidak membaca karena takut di ajak untuk berproses. Hanya karena faktor kader yang sudah merasa tingkat akademisnya lebih tinggi katanya dari yang lain. Mungkin memang ada kesalahan dari mereka yang merasa senior yang tidak pernah memberikan pemahaman mengenai bagaimana cara beretika sehingga kebiasaan yang tidak baik seperti hal itu semakin turun – temurun terjadi.

ETIKA merupakan modal paling utama bagi manusia berkehidupan di dalam masyarakat. Orang cerdas namun tidak beretika hanya akan menjadi perusak dalam sebuah tatanan sosial. Karena kecerdasan yang dimiliki hanya dibuat untuk mengejar ketenaran meski harus menjatuhkan saudara sendiri. Penanaman serta kesadaran individu setiap kader terhadap bagaimana cara beretika yang baik haruslah segera dilakukan, mengingat keberlangsungan oraganisasi HMI tanpa dibarengi dengan adanya etika disana hanya akan membuat secara perlahan organisasi HMI akan hancur tak tersisa. Sebagai kader HMI harus sling merasa mempunyai tanggung jawab dalam menjaga dan mengembangkan ETIKA yang kita miliki baik pribadi maupun secara organisasi sehingga tujuan didirikannya HMI oleh Kakanda Lafran Pane dapat kita capai bersama – sama dan maksimal. Jangan pernah menyalahkan HMI ketika kita tidak beretika dan berkembang, akan tetapi tanyakanlah pada diri kita sendiri, selama ini kita Ber-Islam atau hanya Ikut saja Islam ?, selama ini kita Ber-HMI atau hanya Ikut saja HMI ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar